Jumat, Maret 12, 2010

Ba'asyir: Mengapa Jasad Dulmatin Wangi


Meski tidak mengenal betul sosok Dulmatin, Pimpinan Ponpes Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir menyakini bahwa Dulmatin bukanlah seorang teroris yang selama ini diburu polisi.

Menurutnya, Dulmatin adalah seorang mujahid, karena membela orang Islam yang tertindas di luar negeri. Kendati dinilai teroris, Ba'asyir mempersilahkan masyarakat tidak setuju dengan jihad cara Dulmatin.

"Silahkan masyarakat menilai, yang saya tahu mereka pejuang Islam, bukan teroris yang teroris adalah Amerika. Itu yang dibalik, maling teriak maling, tapi Indonesia taklid," kata Ba’asyir, Jumat, 12 Maret 2010.

Selain itu, menurut Ba'asyir berbeda jasad orang yang disebut teroris dengan jasad orang yang bukan teroris. Hal itu, dibuktikan dari jenazah Dulmatin dari kawan-kawan yang melihat langsung jenazahnya sebelum dimakamkan.

"Saya dengar dari kawan-kawan di sana yang melihat jenazah Dulmatin. Baunya wangi dan darah masih mengalir. Kenapa demikian, itu membuktikan kalau teroris lima menit setelah mati pasti busuk," kata Ba'asyir.

Meski simpati dengan aksinya melawan Amerika, tapi dia mengaku jihad yang dilakukan Dulmatin keliru.

Seperti diketahui, Dulmatin dipastikan tewas setelah di tembak oleh tim Densus 88 di Pamulang, Tangerang Banten pada Selasa 9 Maret 2010, bersama tiga orang yang diduga teroris.

Penangkapan Dulmatin berawal dari penyergapan sejumlah kelompok teroris di Aceh Besar yang merupakan kelompok teroris Pamulang.

Saat ini, jenazah Dulmatin Tersangka teroris Dulmatin telah dipulangkan ke Pemalang, Jaw Tengah subuh tadi. Menurut rencana, jasad Dulmatin alias Joko Pitono akan dimakamkan pukul 08.00 WIB.

Dikutip dari tvOne, Jumat 12 Maret 2010, jasad Dulmatin saat ini disemayamkan di kediaman keluarga di Jalan Garuda Pasar Patarukan, Jawa Tengah.

Informasi yang diperoleh, pukul 8.00 WIB Dulmatin akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Lenong, Kelurahan Lenong. Pemakaman ini berjarak sekitar 5 kilometer dari kediaman keluarga.

Proses pemakaman ini diawali dengan upacara pelepasan oleh seluruh keluarga besar Dulmatin. Iringan takbir pun lantang disuarakan sekelompok orang bersama keluarga.

Sumber Dari : http://vivanews.com


Kamis, Maret 11, 2010

Abu Jibril: Densus 88 Bisa Masuk Neraka Jahanam



Abu Jibril mengaku sangat kecewa dengan tindakan Densus 88 yang selalu menembak mati orang-orang yang dianggap teroris. Padahal, secara hukum mereka belum terbukti adalah seorang teroris.

Menurutnya, tindakan Densus 88 menembak orang sampai mati adalah suatu tindakan pelanggaran hukum. Menurutnya, Densus 88 harus menggunakan azas praduga tak bersalah.

Lebih lanjut ia mengatakan, dalam prosedur hukum yang berlaku adalah pertama orang yang diduga bersalah ditangkap dulu. Setelah itu diselidiki dilanjutkan ke pengadilan. Apabila memang terbukti seseorang tersebut bersalah, baru dihukum sesuai hukum yang berlaku.

Abu Jibril mengatakan, anggota Densus 88 yang menembak mati orang yang belum tentu bersalah, maka ia bisa dimasukkan ke dalam neraka jahanam. Abu Jibril mengutip Surat An Nissa Ayat 93 yang berbunyi: "Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya." ucapnya.

Abu Jibril merasa sangat kasihan dengan anggota Densus 88 yang membunuh orang yang belum tentu bersalah. Karena, para anggota Densus 88 tersebut hanya menjalankan perintah begitu saja dari atasannya tanpa memikirkan terlebih dahulu sebab dan akibatnya.

Ketika para wartawan menanyakan bahwa Densus 88 terpaksa menembak mati karena mendapat perlawanan dari teroris, Abu malah balik bertanya : "Apakah Anda percaya saja dengan ucapan anggota Densus 88 tersebut,?" tanyanya.

Sumber : http://www.republika.co.id


Ambisi Nuklir Saddam Hussein dalam Sebuah Buku


Surat kabar The Washington Post hari ini (Kamis/11/3) melaporkan bahwa presiden Irak Saddam Hussein sebenarnya telah berada di ambang kesepakatan dalam pembangunan sebuah senjata militer nuklir secara rahasia, sebelum pecahnya perang teluk kedua.

Surat kabar tersebut melaporkan, mengutip dari dokumen-dokumen yang diungkapkan oleh seorang mantan inspektur senjata nuklir menyatakan bahwa Saddam Hussein pada waktu itu sedang berpikir keras tentang kesepakatan tersebut, yang diperkirakan menelan biaya sekitar 150 juta dolar, yang mencakup desain dan pembelian peralatan nuklir dan kontrak dengan ahli asing untuk mengawasi produksi bom nuklir Irak nantinya.

Tawaran itu - yang dibuat tahun 1990 - terkait dengan tawaran dari mantan pakar nuklir Pakistan Abdul Qadir Khan yang menjamin bisa melakukan pembentukan unit untuk membuat industri senjata yang mampu memproduksi hulu ledak nuklir dalam waktu tiga tahun.

Menurut David Albright pakar nuklir - yang meluncurkan informasi kesepakatan tersebut dalam buku barunya, menyatakan bahwa Irak sebenarnya memiliki kesempatan untuk mengambil keuntungan dari tawaran itu setelah beberapa bulan kemudian, sebelum akhirnya sebuah pasukan multinasional menghancurkan militer Irak dan memaksa Saddam Hussein meninggalkan ambisinya membuat senjata nuklir.

Buku baru dari David Albright yang diterbitkan minggu ini berjudul "The Danger Large: How to provide trade secret nuclear weapons to America's enemies", dalam buku itu dinyatakan bahwa para pejabat Irak tampak seolah-olah mereka sangat serius terhadap proposal nuklir tersebut, dan mereka meminta orang-orang Pakistan memberikan gambar model yang menegaskan kemampuan mereka untuk melaksanakan isi proposal itu.

Pakar Nuklir Pakistan, Abdul Qadir Khan telah mendapat perhatian dari para peneliti atas dugaan penjualan rahasia nuklir kepada Saddam di banyak buku dan artikel-artikel terbaru. Dalam memo internal yang disampaikan intelijen Irak yang pernah muncul sebagai saksi pada akhir tahun sembilan puluhan lalu, menyatakan bahwa proposal tersebut disampaikan oleh salah satu agen rahasia dari ilmuwan nuklir Pakistan, yang menyajikan penjualan desain untuk pembuatan senjata nuklir setelah adanya pembayaran sebesar lima juta dolar AS.

Namun, informasi yang ditemukan dalam buku David Albright tersebut menunjukkan bahwa presentasi Khan memberikan bantuan nuklir kepada Saddam Hussein lebih luas daripada yang diperkirakan sebelumnya.

The Washington Post melaporkan petikan pernyataan yang mengatakan bahwa salah satu rekan kerja Khan yang dikirim ke Irak, menyatakan bahwa "Pakistan telah menghabiskan sepuluh tahun dengan sejumlah uang sebesar 300 juta dolar untuk membuat bom nuklir. Dan sekarang berdasarkan pengalaman praktis dan hubungan internasional yang didirikan oleh Pakistan, maka Anda dapat memiliki sebuah bom atom hanya dalam waktu tiga tahun dengan biaya 150 juta dolar."
sumber: http://eramuslim.com/berita/dunia/ambisi-nuklir-saddam-hussein-dalam-sebuah-buku.htm

Cari Mati, Parlemen AS Tolak Penarikan Pasukan AS dari Afghanistan









House of Representative (DPR) AS pada hari Rabu (10/3) melakukan pemungutan suara terhadap sebuah resolusi yang meminta presiden AS Barack Obama menarik semua pasukan AS dari Afghanistan.

Rancangan resolusi penarikan pasukan AS dari Afghanistan tersebut diajukan oleh salah seorang anggota dari kubu partai Demokrat Dennis Kucinich.

65 anggota parlemen AS mendukung resolusi itu mengacu kepada kebijakan pembagian perang sebelum pemilihan kongres pada bulan November nanti, 65 orang anggota parlemen tersebut terdiri dari 60 orang dari kubu demokrat dan 5 orang dari kubu republik.

Namun 356 anggota parlemen yang lain menolak resolusi tersebut yang meminta militer AS ditarik dari Afghanistan.

Para pendukung penarikan pasukan AS dari Afghanistan mengatakan bahwa saatnya sudah tiba bagi parlemen AS untuk mempertimbangkan apakah mereka ingin melanjutkan perang yang telah berlangsung delapan tahun ini, yang telah menewaskan lebih dari 1000 tentara Amerika dan menghabiskan uang ratusan miliar dolar.

Sedangkan ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR AS, Howard Berman menyatakan bahwa penarikan yang tergesa-gesa pasukan AS dari Afghanistan dapat menyebabkan malapetaka bagi keamanan nasional Amerika, karena Afghanistan telah menjadi tempat yang aman bagi Al-Qaidah.

Anggota parlemen lain Lloyd Dugit yang mendukung resolusi menyatakan bahwa "perang di Afghanistan hanya akan menghabiskan banyak nyawa dan uang kita disana."

Rancangan resolusi penarikan pasukan AS dari Afghanistan yang disampaikan oleh Dennis Kucinich itu berdasarkan pada "War Powers Resolution" tahun 1973, sebagai tanggapan terhadap perang Vietnam. Namun beberapa pakar mempertanyakan legalitas keputusan di bahwa konsitusi AS. (http://eramuslim.com)

Tak Mudah Melumat Taliban

Janji Panglima Nato di Afghanistan, Jendral Mc Chrystal akan melumat Taliban dalam dua pekan tak terbukti. Pergerakan pasukan Nato di Helmand, yang masuk kota ke Marjah sangat lambat. Justru menunjukkan pengecutnya pasukan Nato, yang hanya mampu menggunakan tameng pasukan darat dan polisi Afghanistan, yang ada di garda paling depan menghadapi Taliban. Sementara pasukan Nato, yang terdiri dari marinir dari AS, hanya berlindung di balik tank dan kendaraan pengangkut personil.

Secara matematis pasukan Nato, yang digelar di propinsi Helmand itu, jumlahnya mencapai sepertiga atau lebih dari 35.000 pasukan. Dengan dukungan seluruh kekuatan dan persenjataan militer, seperti penyapu ranjau darat, halikopter black hawk, pesawat tempur F.16, dan pesawat tanpa awak (drone), yang terus mengelilingi kota Helmand, dan memuntahkan rudal, ke sasaran-sasaran yang diduga menjadi tempat markas Taliban. Mestinya hanya dengan hitungan jari tangan Taliban sudah punah. Semuanya itu tak terbukti.

Faktanya operasi militer yang menggunakan sandi ‘Mushtarak’, yang dalam bahasa pashtun itu, berarti ‘bersama’, justru yang banyak menjadi korban adalah penduduk sipil, yang terdiri wanita dan anak-anak, yang tidak berdosa. Pihak Nato selalu menuduh Taliban menggunakan penduduk sipil sebagai tameng, menghadapi serangan yang dilakukan pasukan Nato. Seperti ketika iring-iringan bus yang ditumpangi wanita dan anak-anak yang akan meninggalkan kota Marjah, diserang pesawat tempur tanpa awak (drone), yang menyebabkan 24 orang tewas.

Sudah berulang kali pasukan Nato yang menggunakan pesawat tanpa awak itu salah sasaran. Di perbatasan Pakistan-Afghanistan, terutama di Selatan Waziristan, Baluchistan, Boujur, dan Bahmian, tak semuanya yang menjadi korban adalah Taliban. Bulan September tahun 2008, justru yang menjadi korban, adalah anak-anak sekolah. Lebih dari 200 anak sekolah yang ada diperbatasan Pakistan, Selatan Waziristan, tewas oleh serangan pesawat tanpa awak.

Inilah sejarah pembataian yang dilakukan AS, sejak zaman Presiden Bush dan dilanjutkan oleh Presiden Barack Obama, terhadap rakyat sipil, di Pakistan, Afghanistan, dan Irak, mencapai eskalasi yang paling luas, dan mengerikan. Pembantaian yang tiada tara terhadap rakyat sipil, yang dilakukan oleh sebuah pemerintahan negara, yang mengaku menganut paham demokrasi, dan mengakui hak-hak sipil, seperti hak-hak dasar, termasuk hak untuk hidup. Justru Obama yang baru mendapatkan hadiah ‘Nobel Perdamaian’, belum lama ini telah mempertontonkan kejahatannya di depan masyarakat dunia, yang tidak hentinya membantai rakyat sipil yang tidak berdosa.

Benarkah apa yang dilakukan pasukan Nato di Afghanistan itu? Benarkah keputusan politik Presiden Bush dan Obama atas tindakan militernya terhadap Taliban, yang dampaknya terhadap rakyat Afghanistan, mengalami penderitaaan hidup, akibat penghancuran dengan menggunakan militer, yang tidak memiliki landasan hukum dan moral.

Jika Taliban dianggap mendukung Al-Qaidah, dan terlibat dalam peristiwa serangan 11 September 2001, yang menghancurkan Gedung WTC itu, pernah dibuktikan dengan bukti-bukti yang dapat dipertanggung jawabkan? Apakah semua hanya didasari atas tuduhan, prasangka, kebencian, dan permusuhan atas kelompok-kelompok, yang ingin menegakkan prinsip dalam hidup mereka sesuai dengan keyakinan, yang mereka miliki?

Agresi militer AS ke Iraq dan penggulingan Saddam Husien, yang menjadi tindakan politik Presiden George Walker Bush, dan sekarang dilanjutkan oleh Barack Obama, tidak cukup memiliki dasar, yang dapat dipertanggung jawabkan secara hukum, politik, dan moral. Presiden Bush, di akhir masa jabatannya, mengakui, bahwa keputusan politik perang di Iraq itu, adalah sebuah kesalahan, dan hanya berdasarkan rekaan laporan intelijen yang salah.

Tapi, akibat perintah perang dari Presiden Bush itu, mengakibatkan Iraq dan Bagdad, menjadi hancur, dan sekarang, Iraq pasca Saddam Husien, justru dalam kubangan perang saudara, yang dipicu oleh politik ‘divide at impera’ (pecah belah), yang dilakukan AS, yang mengadu antara kelompok Syiah dan Sunni, yang akan membawa Iraq kepada kehancuran yang bersifat total.

AS dan Sekutunya, selalu menuduh kelompok garis keras Islam, yang menjadi unsur-unsur yang menciptakan instabilitas keamanan di berbagai negara, justru fakta-fakta yang secara empirik, AS dan Sekutunya, yang terus menciptakan kondisi instabilitas di berbagai negara Islam, dan bahkan melakukan agresi secara terang-terangan dengan dalih memerangi ‘toreris’, yang mereka sebut : Al-Qaidah.

Perang melawan teroris dan Al-Qaidah itu, justru menciptakan setiap negara dalam kondisi tidak stabil, menghadap-hadapkan antara pemerintah di setiap negara dengan rakyatnya sendiri, yang mayoritas bergama Islam. AS dan Sekutunya dengan dukungan yang dimilikinya, menciptakan sebuah ‘monster’ baru yang seolah-olah menakutkan bagi kehidupan umat manusia,dan mengajak seluruh umat manusia untuk melawan ‘monster’ itu, yang mereka sebut sebagai ‘teroris’ dan ‘Al-Qaidah'.

Sebuah keadaan yang tidak pernah berhenti, dan membawa dampak, yang sangat buruk bagi hubungan antara Barat dengan Dunia Islam. Siapa yang menciptakan permusuhan ini? Semua pihak harus membayarnya dengan mahal. Wallahu’alam. (http://eramuslim.com)

Isu Terorisme dan Skandal Century

Isu terorisme yang tiba-tiba muncul di tengah hiruk pikuk pertarungan antara istana dan DPR terkait skandal Bank Century, mulai memunculkan kecurigaan publik bahwa ada pengalihan isu oleh pemerintah. Hal ini karena modus yang sama juga pernah terjadi beberapa waktu lalu.

Kecurigaan penutupan isu Century ini, memang butuh uji fakta yang lebih dalam. Tapi, publik seperti diperlihatkan pada kesimpulan ini ketika beberapa kasus serupa juga pernah terjadi.

Mungkin belum hilang ingatan publik tentang bom jilid dua di hotel Marriot Jakarta. Bom mengguncang pada bulan Juli di saat publik sedang gencar-gencarnya menyorot isu kecurangan pada pemilu 2009. Mulai dari isu penggelembungan suara, pemilih siluman tiba-tiba tergilas dengan bom Marriot.

Penembakan terhadap orang-orang yang diduga gembong teroris Dulmatin di kawasan Ciputat, perbatasan Jakarta Selatan dengan Tangerang, terjadi persis ketika SBY tiba di Australia untuk sebuah kunjungan kenegaraan.

Modus penumpasan terorisme yang dilakukan Densus 88 pun tak memunculkan kreativitas baru. Selalu berulang dengan modus yang sama : korban masih misteri, dihubung-hubungkan dengan Nurdin M Top yang hingga kini kematiannya masih mengundang kontroversi, adanya keraguan dari keluarga korban, dan tertutupnya proses otopsi oleh aparat.

Setidaknya, ada tiga keuntungan yang diraih pemerintah dalam isu pemberantasan terorisme yang muncul tiba-tiba ini.

Pertama, ada apresiasi dari para petinggi Australia yang begitu gencar menggaung-gaungkan isu terorisme, Alqaida, dan sejenisnya di kawasan Asia Tenggara yang notabene berkait erat dengan Islam radikal yang menjadi momok negeri kanguru ini.

Kedua, akan mengalir simpati yang luar biasa dari Washington yang dalam waktu dekat akan mengutus presidennya berkunjung ke Indonesia. Apresiasi ini menjadi ikatan kuat dalam mendukung program Amerika untuk memerangi terorisme Alqaida yang dimunculkan dalam perang membumihanguskan Irak dan Afghanistan. Tentu, selain apresiasi, akan ada proyek kerjasama yang menguntungkan Indonesia.

Ketiga, inilah yang begitu mencolok dalam fenomena isu di pemberitaan sebagian besar media massa. Isu terorisme ini, begitu efektif menutup sejumlah isu turunan dari skandal Bank Century yang mulai fokus pada nama Boediono dan Sri Mulyani.

Isu turunan yang tiba-tiba redup itu di antaranya, dugaan adanya barter kasus yang dilontarkan ICW soal keputusan akhir Century di DPR, penolakan paripurna DPR soal Perppu pengangkatan pimpinan KPK oleh presiden, kian kuatnya sinyal pencopotan menteri yang berasal dari partai koalisi yang dinilai membelot oleh Demokrat, dan tekanan publik agar DPR mengeluarkan hak pendapat atas keputusan Pansus Century yang mengarah ke wapres Boediono.

Mungkin, satu hal yang kerap dilupakan pemerintah bahwa publik sudah mulai cerdas untuk membedakan mana isu asli dan mana yang jadi-jadian. (http://eramuslim.com)

Akhir Perjalanan Dulmatin





Kapusdokes Brigjend Pol dr Musaddeq Ishaq














Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri memberikan keterangan pers terkait operasi teroris Densus 88 di Nangroe Aceh Darussalam dan Pamulang di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (10/3). Kapolri menegaskan dalam operasi di pamulang behasil menewaskan tiga tersangka diantaranya Dulmatin alias Yahya alias Mansyur alias Joko Pitono sedangkan dalam operasi di NAD kepolisian juga mengamankan sejumlah barang bukti berupa senjata tipe M16, AK 47, pistol FN dan revolver dan granat asap serta belasan ribu peluru./www.vivanews.com




Polri Buru Umar Patek

BERAKHIRNYA DULMATIN: Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri menunjukkan foto tersangka teroris Dulmatin di Markas Besar Polri, Jakarta, kemarin.


JAKARTA (SI) - Mabes Polri bergerak cepat.Setelah menembak mati Dulmatin alias Yahya Ibrahim di Pamulang,Kota Tangerang Selatan,Banten, Selasa lalu (9/3),polisi kini langsung memburu Umar Patek. Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri mengungkapkan, anggota Densus 88/Antiteror Mabes Polri sudah beberapa hari terakhir mengintai lokasi persembunyian teroris baru.Aktivitas tersebut bahkan sudah dilaporkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

“Saat ini anak-anak saya (anggota Densus 88) tengah berada di suatu tempat melakukan sesuatu. Mudah-mudahan dapat sesuatu dalam waktu dekat. Ada sesuatu yang besar sedang kita nantikan dari pengejaran pelaku teror,”ujar Kapolri di Markas Komando Brimob Kelapa Dua kemarin. Kapolri tidak menyebut langsung nama Umar Patek sebagai target perburuan pascatewasnya Dulmatin, salah satu tokoh teroris yang paling berpengaruh di wilayah Asia Tenggara.Namun dalam jumpa pers di Mabes Polri kemarin, Kapolri sempat memperlihatkan foto jenazah dan foto berwarna mengenai profil buronan yang dirilis Pemerintah Filipina.

Dalam foto yang bertuliskan “Terrorist-Murderer”tersebut,terdapat foto profil Umar Patek dan Dulmatin. Untuk sekadar diketahui, kedua orang itu masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) Pemerintah Filipina, Indonesia, dan Amerika Serikat (AS). Bahkan, untuk bisa menangkap keduanya,Pemerintah AS mengeluarkan sayembara, siapa pun yang berhasil menangkap Dulmatin dan Umar Patek alias Mike akan mendapatkan hadiah masing-masing USD10 juta (Rp93 miliar) dan USD1 juta (Rp9,3 miliar). Sayangnya, foto tersebut tidak diperlihatkan dan langsung disimpan. ”Masih ada satu lagi,tapi yang ini jangan dulu, masih menjadi target kami,” jelas Kapolri.

Sementara tersangka teroris yang tewas di Ruko Multiplus, Jalan Siliwangi No 6 Pamulang, Kota Tangerang Selatan, dipastikan Dulmatin yang juga memiliki nama alias Mansyur, Joko Pitono, dan beberapa nama lain.Kepastian teroris tersebut Dulmatin untuk kali pertama disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam jamuan makan siang yang digelar PM Australia Kevin Rudd di Gedung Parlemen Australia di Canberra kemarin. “Saya dapat berita dari Tanah Air bahwa setelah Indonesia melumpuhkan tokoh teroris Dr Azahari dan Noordin M Top yang mengganggu Asia Tenggara, alhamdulilah polisi Indonesia telah melumpuhkan satu tokoh teroris Asia Tenggara lainnya,Dulmatin,dalam sebuah operasi polisi di Jakarta,” kata Presiden yang disambut tepuk tangan hadirin.

Kapolri menjelaskan, kepastian nama Dulmatin berasal dari olah tempat kejadian perkara (TKP) dan pemeriksaan terhadap DNA dengan tingkat kekeliruan 1 :100.000 triliun.Menurutnya, bisa dipertanggungjawabkan secara profesional bahwa tersangka teroris yang tewas adalah Dulmatin. Berdasarkan keterangan Ali Imron, tersangka teroris yang divonis seumur hidup dalam kasus bom Bali I, dipastikan pula bahwa korban tewas itu adalah Dulmatin. “Pengakuan juga disampaikan Ali Imron yang sudah divonis seumur hidup. Dia memberikan penjelasan bahwa dia bersama-sama dengan Dulmatin merakit bom untuk bom Bali I,”ujar Kapolri.

Kepala Pusat Dokter dan Kesehatan (Kapusdokkes) Mabes Polri Brigadir Jenderal Polisi Mussadeq Ishak membenarkan, dari hasil identifikasi jenazah dengan metode identifikasi internasional, yaitu Interpol Disaster Victim Indentification (DVI) Procedure–– yang di dalamnya termasuk identifikasi tanda-tanda fisik berupa tahi lalat di bawah bibir sebelah kanan, alis mata, dan bentuk dagu––, dipastikan bahwa teroris yang tewas adalah Dulmatin. Untuk memastikan hal itu, Polri juga melakukan pemeriksaan DNA dan mencocokkan dengan DNA sang ibu Hj Masniati, 68, dan anak, Ali Usman, 12. Hasilnya, disimpulkan jenazah nomor 001 match 100% dengan profil DNA yang ada di database Polri dengan keakuratan mendekati 100% atau tingkat kesalahan 1:100.000 triliun, yaitu Dulmatin.

Adapun dua tersangka teroris lain yang tewas dalam penggerebekan di Gang Asem,Pamulang diketahui bernama Ridwan dan Hasan Noer. Keduanya adalah pengawal Dulmatin. Selain itu, polisi berhasil menangkap hiduphidup dua pengawal Dulmatin lainnya,yakni BR alias AH serta SB alias I.Keduanya saat ini berada di Mako Brimob,Kelapa Dua, Depok untuk menjalani pemeriksaan secara maraton. Begitu pun Fauzi yang rumahnya dijadikan tempat penampungan teroris sedang dalam proses pemeriksaan.“Saya selaku Kapolri menyampaikan apresiasi dan terima kasih, khususnya kepada masyarakat,” jelasnya.

Sementara mengenai Fauzi yang rumahnya sempat dijadikan tempat penampungan tersangka teroris, menurut Kapolri, masih dalam proses pemeriksaan.“Tidak mungkin kami jelaskan. Jadi soal dananya sedang didalami, kami telusuri dari mana ini semua,kami proses sidik,”katanya. Kapolri lebih jauh menuturkan, selain menembak mati dan menangkap para tersangka teroris, tim Densus 88 Mabes Polri juga menyita sejumlah barang, di antaranya dua lembar printed circuit board (PCB) dan tiga remote delay bomb yang sudah siap serta lima lembar rangkaian bom yang juga telah disiapkan. ”Ditemukan remoteuntuk pelaksanaan bom jarak jauh,”ujarnya.

Polisi juga menemukan slip penerimaan dan penukaran uang berbentuk mata uang peso Filipina pada 2003,kartu identitas KTP,slip penukaran di money changer di Menteng, Jakarta Pusat, sejumlah uang, ponsel, serta dokumen imigrasi berupa paspor atas nama yang bersangkutan yang dikeluarkan Kantor Imigrasi Jakarta Timur. Polri juga menyita notebook, handycam, senjata api revolver kaliber 38,FN, sejumlah amunisi dengan jumlah yang cukup banyak, serta SIM card yang dibeli di Aceh. ”Khusus pistol revolver kaliber 38 bukan buatan sini, peluru juga khusus bukan buatan sini.

Senjata api berikutnya FN juga bukan buatan sini dengan jumlah peluru yang cukup banyak, dengan satu selongsong yang kosong sudah digunakan mereka,”kata Kapolri. Penggerebekan teroris di Pamulang merupakan pengembangan pengejaran teroris di Aceh.Menurut Kapolri,Dulmatin yang juga disebut-sebut sebagai ahli pembuat bom selain Dr Azahari berperan sebagai orang yang mempersiapkan pelatihan militer,membeli persenjataan dan amunisi, serta mendanai kegiatan militer karena sudah mendapatkan aliran dana senilai Rp500 juta.

Hanya dari mana dana tersebut diperoleh serta persiapan dan strategi apa yang sedang dirancang Dulmatin, Kapolri tidak bersedia mengungkapkan lebih jauh. Dia hanya memastikan, dari informasi yang diperoleh intelijen, teroris yang diidentifikasi dari Jamaah Islamiyah (JI) akan menggunakan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sebagai tempat pelatihan kelompok teroris di Indonesia. Kegiatan tersebut dilakukan sejak Februari 2010 lalu hingga kemudian terbongkar karena laporan masyarakat tentang adanya latihan dengan menggunakan senjata di wilayah Aceh Besar, tepatnya di Pegunungan Jalin Jantho.

Seperti diketahui, polisi telah melakukan penggerebekan di tempat tersebut,yang mengakibatkan tiga anggota Polri, yaitu Brigadir Anumerta Boas Woisiri, Brigadir Anumerta Darmansyah, dan Brigadir Anumerta Srihendra Kusuma Malau, tewas tertembak. Jenazah ketiganya baru ditemukan dan dievakuasi dari medan pertempuran beberapa hari kemudian. Dari rangkaian operasi yang dilakukan hingga kemarin, total tersangka teroris yang berhasil ditangkap serta yang tewas berjumlah 30 orang. Di antaranya adalah Sapta Adi bin Robert Bakri alias Ismet Hakiki alias Syaelendra,40, yang terlibat dalam aksi bom di Kedubes Australia 2004 silam. Tersangka merupakan lulusan asal Pandeglang, Banten, dan merupakan lulusan Mindanao,Filipina.

Ada pula nama Yudi Zulfahri alias Bara,27, warga Aceh Besar yang merupakan pemuda asal Aceh pertama yang direkrut dan mengikuti pelatihan; Zaki Rahmatullah alias Abu Jahid asal Pandeglang, Masykur Rahmat bin Mahmud,21, dari Aceh Jaya yang sempat tertembak pada kakinya saat terjadi penggerebekan; Surya alias Abu Semak Belukar (Aceh); Azam alias Imanudin (Aceh); Heru, tersngka dari Lampung kelahiran Wonogiri; dan Muchtar asal Tanah Abang,Jakarta Pusat. Polisi juga menangkap Agus Kasdianto alias Hasan alias Nasim (Depok); Deni Suhendra alias Faris (Karawang); Adi Munadi (Bandung), Laode Afif alias Adit alias Abu Hazwa (Rawamangun); Deni Sulaiman alias Sule (Lampung); Adam alias Ade (Pandeglang); Sofyan Tsauri (Depok) yang pernah mendirikan sekolah untuk pelatihan menembak di Depok beberapa tahun lalu dan diidentifikasi sebagai pemasok senjata.

Selain itu tertangkap pula Sutrisno, Tatan, Abdi, Iwan Suka Abdullah yang tewas dalam penggerebekan di Aceh Besar dan Marzuki alias Tengku yang juga ditemukan tewas tertembak asal Aceh. Dari tangan para tersangka teroris, Polri menyita sembilan pucuk senjata api dari berbagai lokasi terdiri dari tiga M16,senapan laras panjang AK 56 dan AK58, AK 47 pistol FN dan revolver,granat asap, belasan ribu peluru atau amunisi dari berbagai kaliber untuk AK dan M16. Termasuk sejumlah perlengkapan seperti baju-baju loreng,perlengkapan militer.

Apresiasi

Wakil Presiden (Wapres) Boediono memberikan apresiasinya kepada Polri yang berhasil melumpuhkan Dulmatin. Dalam keterangan persnya Wapres juga mengajak masyarakat Indonesia untuk membantu kepolisian memberantas kegiatan terorisme di Tanah Air. “Saya menghimbau masyarakat supaya memberikan dukungan penuh kepada Polri dalam mengungkapkan tugas mulia kita ini untuk mengamankan negara kita dari teroris,” ujar Wapres saat menyampaikan keterangan persnya di Istana Wapres Jakarta.

Sebelum memberikan keterangan, Boediono menerima Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri dan Wakapolri Komjen Polisi Yusuf Manggabarani. Sekitar pukul 12.20 WIB Kapolri tiba di Istana Wapres dan langsung diterima Boediono yang saat itu sedang memimpin rapat terbatas soal kemiskinan. Wapres menerima Kapolri hampir selama 20 menit di ruang kerjanya. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) juga menyampaikan penghargaan atas keberhasilan Polri menangani pelaku teroris bersenjata di Tanah Air. Ketua PBNU Ahmad Bagdja menandaskan, NU terus mendorong upaya penghilangan akar terorisme di tingkat nasional maupun global.

”Rasa keadilan, tegaknya hukum, peningkatan kesejahteraan adalah pendekatan yang dalam jangka panjang dapat mengatasi terorisme di dalam negeri,” katanya. Namun PBNU juga mengingatkan bahwa penanganan terorisme tidak bisa dilakukan hanya dengan pendekatan keamanan.Pasalnya, pendekatan keamanan akan menimbulkan kekerasan baru dan korban yang terus berjatuhan.
(http://www.seputar-indonesia.com)