Selasa, Juli 13, 2010

Enno Lerian Berakting Panas di 'SELIMUT BERDARAH'



Mantan bintang penyanyi anak Enno Lerian akhirnya kecemplung terjun ke dunia akting dengan mengawali debut sebagai pemeran utama di film SELIMUT BERDARAH produksi K2K Production. Ini menandai eksistensinya setelah namanya timbul tenggelam di dunia hiburan.

Saat ditemui di Planet Hollywood, Senin (12/7) dalam acara syukuran film tersebut, Enno membenarkan hal tersebut. "Kalau mau dibilang eksis lagi, mungkin lebih tepatnya bertahan eksis," tukasnya lugas.

Sekarang ini, Enno mengaku lebih berani mengambil segala macam hal yang belum pernah dicoba. Tak tanggung-tanggung Enno berani mempertontonkan sedikit kemolekan tubuhnya dibalut lingerie.

"Namanya mencoba sesuatu yang baru, ada yang suka ada yang tidak, asal tidak putus asa saja. Kalau nanti banyak yang tidak suka aku akan belajar lagi. Itu menambah motivasi," tuturnya.

Sebagai pemain film, Enno relatif sebagai pendatang baru bayang-bayang persaingan dengan pemain-pemain muda yang lebih fresh tidak membuatnya minder. "Setiap orang punya SDM, tidak ada yang perlu ditakutkan dari mereka yang lebih cantik, karena aku mampu," ujar Enno mantap.
http://id.omg.yahoo.com/news/enno-lerian-berakting-panas-di-39selimut-berdarah39-khjx-0000337440.html

Minggu, Juli 11, 2010

Evaluasi Kinerja Kepolisian 2010

Bertepatan dengan Hari Bhayangkara ke-64 (1 Juli 2010), kinerja kepolisian kembali menjadi sorotan. Di saat yang hampir bersamaan, sebuah media mingguan nasional mengangkat topik tentang aliran dana ke rekening sejumlah petinggi Polri, dalam jumlah yang fantastis. Sehubungan dengan evaluasi kinerja Polri, Pilar Demokrasi edisi 7 Juli 2010, membahas isu tersebut, bersama narasumber: Wahyu Indra Pramugari (staf khusus dan tim independen Inspektorat Pengawasan Umum Polri), Bambang Widodo Umar (Pengamat Kepolisian dari UI), dan Adnan Pandupraja (Sekretaris Kompolnas, Komisi Kepolisian Nasional)

Menurut Bambang Widodo, tanda-tanda menuju perbaikan aparat kepolisian, masih belum terlihat secara jelas. Soal kultur misalnya, masih sering dijumpai perilaku yang menunjukkan sikap arogan. Panduan soal bagaimana perilaku anggota Polri, sebenarnya sudah ada, yaitu yang termaktub dalam Tribrata. Namun masalahnya, bagaimana Tribrata itu diterjemahkan dalam kurikulum pendidikan dan pelatihan. Masih menurut Bambang Widodo, bahwa yang namanya menolong itu mesti dilatih, bagaimana mengayomi masyarakat yang benar, itu juga perlu dilatih. “Termasuk latihan bagaimana memelihara kepekaan hati nuraninya,” tambah Bambang.

Bambang juga berpendapat, mengubah perilaku termasuk etos profesionalitasnya, juga tergantung bagaimana pendidikannya dulu. Masih sering kita dengar, bagaimana seorang reserse suka salah tangkap, itu juga karena faktor pendidikan. “Sekarang ilmu hukum sudah banyak berkembang, di kepolisian yang diajarkan hanya sebatas KUHP, saya sudah mengingatkan, kasus perbankan, corporate crime, cyber crime, harus diajarkan sejak Akpol hingga PTIK,” tegas Bambang.

Masih soal kinerja Polri, Adnan Pandu menerangkan, dari sekitar 1.400 pengaduan masyarakat yang disampaikan ke Kompolnas, yang dijawab pihak Polri sekitar 500-an. Jawaban polri yang terbukti hanya sekitar lima persen, itu pun tidak jarang masyarakat yang sudah melapor ke polisi dan tidak tahu bahwa pengaduannya sudah diproses. Sebenarnya yang dikehendaki masyarakat terhadap Polri adalah transparansi dalam proses pemeriksaan, termasuk pemeriksaan masalah rekening pejabat Polri, masyarakat menghendaki prosesnya transparan.

Dalam kesempatan itu Adnan Pandu juga mengeluhkan ketidakjelasan fungsi Kompolnas , memang menurut UU, Kompolnas adalah pengawas nasional, tapi dalam kenyataannya, tugas dan wewenang itu tidak nampak. Terkesan pendirian Kompolnas merupakan hasil bargaining politik, tanpa dijelaskan oleh Adnan Pandu, apa yang dimaksud sebagai bargaining politik itu. Dalam konteks kekinian, dari sembilan butir reformasi Polri itu, butir kesembilan, yaitu butir reformasi bidang pengawasan, memang belum tersentuh. Konon katanya menunggu remunerasi.

Jadi kalau boleh jujur, sebenarnya Kompolnas adalah policy maker semata, bukan lembaga pengawasan seperti yang diharapkan publik, bukan seperti yang didesain para reformis Polri zaman dulu dengan cetak birunya, yang menghendaki Kompolnas itu mungkin seperti komisi kepolisian di Jepang. Di mana fungsinya adalah memilih calon Kapolri dan Kapolda, menerima keluhan masyarakat dan membuat kebijakan, dalam perkembangannya kemudian dalam UU Polisi sendiri, sehingga menjadi policy maker semata. Kalau menunggu revisi UU, ceritanya panjang. Daripada muncul gugatan dan sebagainya terhadap kinerja Polri, karena Kompolnas diposisikan seperti itu dalam UU, perlu dibuat terobosan-terobosan yang sifatnya reformis. Masyarakat berharap ada pengawasan terhadap Polri oleh lembaga independen seperti Kompolnas.

Dalam menjawab pertanyaan Syaiful (pendengar), bahwa Polri menunjukkan watak yang sangat keras, ketika berhadapan dengan kelompok masyarakat yang biasa atau miskin, namun di sisi lain, agak gamang dan menganut inferioritas ketika berhadapan dengan kekuasaan yang lebih besar. Narasumber dari pihak kepolisian, yaitu Wahyu, memberi penjelasan, dalam menangangi masalah-masalah politik dan pidana, memang format yang ada saat ini Polri mengambil model Amerika, yang memiliki mekanisme bersifat internal untuk pelanggaran kode etik polri, pelanggaran disiplin polri, Polri menyiapkan Divisi Propram juga Inspektorat Pengawasan Umum, secara sinergi melakukan penyelidikan, juga peneguran dan penindakan, untuk pelanggaran-pelanggaran kode etik yaitu suatu nilai-nilai luhur yang ditulis di dalam peraturan Polri.

Kepala Inspektorat telah mencanangkan media online antara inspektorat dan publik, jadi publik dapat melonggok dalam dapurnya inspektorat pengawasan umum, nanti juga menyusul divisi popram. Untuk posisi tim independen, kita menyebutnya tim khusus mafia hukum, kami berusaha menjamin independensinya dengan cara yang direkrut dalam tim diambil sesedikit mungkin dari unsur reserse Mabes Polri,” tambah Wahyu.

Sol isu rekening gendut” pejabat Polri, menurut Wahyu, telah dibentuk tim solid yang sedang berproses melakukan tugas-tugas dan penyelidikan awal. Kita lihat nanti hasil dari tim khusus ini. Masalah mafia hukum, menjadi pertimbangan dalam tim, bahwa dalam rangka menangani kasus Gayus, anggota tim dipilih yang tidak memiliki hubungan dekat dengannya. Terkait soal instruksi Presiden mengenai masalah rekening gendut, juga diminta kepada masyarakat untuk membantu mengawasi proses seleksi, yang juga melibatkan LSM.

Terakhir menurut Bambang, dikatakan reformasi polisi tidak setengah hati, kalau tidak setengah hati, prosesnya mungkin berhenti di tengah jalan. Bambang tetap menekankan, paling mendesak adalah memperbaiki kultur. Pembenahan polisi tidak hanya sekarang, tahun 1980-an sudah dibenahi, di masa Kapolri Jenderal Awalaudin Djamin, guna mengembalikan profesionalitas polisi, yang terseret terlalu dalam ke kultur militer, saat itu hampir berhasil. Melihat suatu perubahan itu esensinya apa dulu. Perilaku ditentukan oleh budaya organisasi. Secara sistematis seharusnya benahi dulu, ini masalah kultur. Makanya yang diperlukan adalah focks pada perilakunya. Kompolnas sebenarnya memiliki wewenang menginvestigasi dan mengirimkan ke pengadilan umum, sekarang tidak punya wewenang itu, polisi adalah profesi yang mulia, dan harus diisi oleh orang-orang berintegritas tinggi,” tandas Bambang.
http://www.radarjogja.co.id/ruang-publik/9-suara-rakyat/8881-evaluasi-kinerja-kepolisian-2010.html

Penumpang Prameks Melonjak 147 Persen

STASIUN KRETA API KUTOARJO

KUTOARJO | Memasuki libur sekolah 14 Juni 2009 lalu, jumlah penumpang yang memanfaatkan jasa kereta api melonjak. Di Stasiun Besar Kutoarjo hingga kemarin, lonjakan penumpang prameks mencapai 147 persen dibandingkan hari-hari biasa.

Wakil Kepala Stasiun Besar Kutoarjo Roestono mengungkapkan, telah memprediksi ledakan penumpang. Namun, belum ada rencana menambah kereta mengingat lonjakannya masih dalam batas toleransi, “Langkah yang kami ambil hanya memaksimalkan rangkaian gerbong. Biasanya satu kereta membawa tujuh hingga delapan rangkaian gerbong, kali ini rangkaian dimaksimalkan sebelas gerbong. Untuk Prameks diberangkatkan KLB khusus untuk hari Jumat, Sabtu dan Minggu,” paparnya.

Peningkatan penumpang paling banyak adalah kereta api Prameks jurusan Kutoarjo-Solo. Terhitung tanggal 22-30 Juni, jumlah penumpang mencapai 5.768 orang. Ada selisih sekitar 2.296 penumpang dibandingkan Mei yang hanya mencapai 3.296 penumpang.

Bahkan, kemarin mengalami overload dengan total penumpang 1.035 orang untuk Prameks nomor 756 pemberangkatan pukul 09.00. Pada hari biasa, maksmimal hanya 200 penumpang.
“Ini berarti ada kenaikan sampai 147 persen,” katanya.

Roestono memperkirakan, puncak lonjakan penumpang akan terjadi tanggal 11 Juni – 12 Juli 2009. Stasiun Besar Kutoarjo dalam menghadapi liburan sekolah ini lebih mengutamakan keamanan dengan berkoordinasi bersama pihak kepolisan.
http://www.radarjogja.co.id

Petani Main Sepakbola, Bergawang Cangkul, Berbola Sabut Kelapa


DEMAM BOLA ...! PETANI PUN MAIN BOLA DENGAN RUMPUT DI
GULUNG-GULUNG,
BERGAWANG CANKULPUN TAK MASALAH.

Kalangan petani di Dusun Gledeg, Podosuko, Candimulyo mempunyai cara unik memanfaatkan waktu luang. Mereka menggunakan lahan sawah untuk sepakbola. Olah badan dan kemahiran ini juga tidak lepas dari demam Piala Dunia 2010.
Sepakbola yang dilakuan para petani di Gledeg menggunakan sawah yang sedang dikeringkan. Sebelum diolah lagi untuk ditanami. Bola yang digunakan dari sabut kelapa yang ditali dengan nilon. Gawangnya menggunakan cangkul.

Karena dilakukan usai bercocok tanam atau mengolah lahan, sepakbola ala Gledeg ini hanya dimainkan 2x20 menit. Pemainnya tidak 11 orang. Melainkan sesuai jumlah petani yang ada, kemudian dibagi dua tim. Seringnya antara 4-6 orang per tim. “Kami biasa memainkan sepakbola ini dengan lima orang. Maklum, ini sekadar hiburan setelah lelah mengolah sawah,” kata Rizal, 20 tahun, salah seorang Petani Gledeg, kemarin.
Seperti siang kemarin, usai menggarap sawah, tim yang dipimpin Rizal berhadapan dengan Sutrisno dengan empat kawannya. Mereka bertanding di sawah milik Kadus Gledek, Kabul HS. Tidak jauh dari Sekolah Pertanian Lapangan Podosuko.

Jarak antartiang gawang sengaja dibuat hanya sekitar 2 meter. Agar tidak terlalu lebar, daerah yang harus dijaga oleh kiper. Sehingga diharapkan kiper bisa ikut maju menyerang. “Kipernya ikut maju. Gawangnya dijaga kalau ada penalti,” pinta Edi Wasono yang saat itu bertindak sebagai wasit.

Meski bertanding di lapangan bertanah lembek, karena masih dikeringkan tidak menghalangi semangat mereka. Kadang laju bola terhalang potongan tanaman padi yang masih berdiri tegak. Potongan tanaman ini juga sering kali merepotkan lari para pemain. “Ya ini seninya main sepakbola di sawah, serba repot,” ungkap Sutrisno.

Kecilnya lapangan dan bentuknya yang tidak persis persegi panjang membuat permainan menjadi menarik. Karena pemain terlihat bergerombol dan kesulitan bergerak. Ditambah ukuran bola yang terlalu kecil, membuat sulit untuk digiring.
Paling menarik saat pemain harus menyundul bola. Karena mereka rata-rata memakai caping yang lebar, saat menyundul membuat topi tersebut sering terlepas. Juga saat lari menggiring bola atau mencari posisi.

Menurut salah seorang tokoh pemuda Gledek, sepakbola tersebut sudah turun-temurun berkembang di wilayahnya. “Hanya saja, ini jadi menarik dan popuer lagi karena ada demam piala dunia,” tandasnya.

sumber| http://www.radarjogja.co.id

Mike Tyson Menangis di Tanah Suci


Mike Tyson / Malik Abdul Aziz Ketika Di Arab Saudi (Umroh)

Mantan juara dunia tinju kelas berat, Mike Tyson menangis ketika mengunjungi Masjid Al-Nabawi di Madina, Arab Saudi. Tyson juga melakukan umrah di Mekah, Minggu 4 Juli 2010.

Tyson menginjak Tanah Suci untuk kali pertama pada Jumat 2 Juli 2010. Pria 44 tahun ini langsung melakukan sejumlah kegiatan, termasuk melakukan ibadah di Masjid Al-Nabawi. Sebagaimana yang dilansir Saudi Gazette, Senin 5 Juli 2010, Tyson tinggal di hotel dekat Masjid Al-Nabawi dan mendapat sambutan luar biasa dari fans.

Mantan petinju yang dijuluki 'Si Leher Beton' ini mendapat pengawalan ketat saat melakukan shalat Dzuhur. Dan Tyson mengaku mendapat pengalaman spiritual luar biasa selama di Arab Saudi.

"Saya senang punya fans yang mencintai saya di sini (Arab Saudi). Tapi, saya berharap mereka meninggalkan saya sendiri untuk menikmati momen spiritual di Tanah Suci. Saya tidak kuasa menitikkan air mata ketika saya mengetahui
bahwa saya berada di salah satu taman surga," ujar Tyson ketika mengunjungi Masjid Al-Nabawi.

Tyson yang memeluk Islam ketika masih dipenjara pada pertengahan 1990an, kemudian mengganti pakaian dengan mengenakan ihram untuk melakukan umrah di Mekah.

Usai melakukan umrah di Mekah, mantan petinju yang punya nama Islam, Malik Abdul Aziz ini rencananya juga akan mengunjungi Jeddah, Abha dan Riyadh.
red: www.vivanews.com